Sosok ini adalah seorang pedagang. Berbagai usaha beliau lakukan, terkadang beliau jualan tahu baso, jualan mochi, jual sepatu second di tangerang. Qurban tahun ini lebih soulful menurut beliau, karena perjuangannya jauh lebih terasa.

Ketika dulu beliau punya penghasilan tetap, bukan suatu hal yang sulit untuk beliau jika ingin membeli hewan qurban, berbeda dengan dua tahun ke belakang ini dimana saldo di rekening tidak dapat mencukupi keinginannya untuk memberikan persembahan pada Rabb-nya. Belum lagi, anak keduanya saat ini juga harus masuk sekolah. Maka kecemasan-kecemasan itu mencuat dan semakin bertambah. Rasanya mimpi untuk bisa berqurban kembali tahun ini semakin menipis saja secara hitung-hitungan manusia yang lemah.

Hanya saja, Allah itu dekat dan Maha Kaya, beliau pikir. Dan akhirnya atas kemauan yang kuat dan kejujuran berusaha tetap berdagang, Allah tunjukkan kebesaran-Nya, rezeki bisa dari mana saja. Dagangan beliau mendadak ada yang membeli dalam jumlah besar, kemudian banyak pembeli baru, hingga akhirnya uang beliau cukup untuk membeli 1 ekor domba.

Namun ternyata, tantangan beliau belum usai. Selanjutnya beliau harus berjuang untuk mengalahkan ketakutannya agar bisa menyembelih sendiri hewan qurbannya. Beliau takut dengan darah. Bahkan ketika anaknya luka saja, beliau sangat tidak nyaman saat harus bersihin sendiri darah anaknya. “Minta tolong tim medis saja lah”, ujarnya.

Sampai akhirnya beliau mendengar tentang keutamaan menyembelih sendiri dari sang guru, Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Hafizhahullah.
Lalu beliau putuskan untuk ucapkan bismillah dan beranikan diri untuk maju menyembelih dombanya sendiri. Meski masih diselimuti rasa khawatir, tapi akhirnya Alhamdulillah diberikan pertolongan oleh Rabbul ‘Alamiin, dan beliau dapat menyelesaikan dengan baik proses penyembelihan untuk menjadi pengalaman spesial berqurbannya pertama kali menyembelih domba.

“Nggak seserem yang dibayangin, Alhamdullilah ya. Allah kasih pertolongan. Tahun depan lagi lah InsyaAllah. Aamiin,” ucapnya di saat akhir ketika kami berbicara langsung dengannya.